art is truth -13

saya mendengar, lalu dilihat dan di rasakan. saya melihat, lalu didengar dan dirasakan. saya merasakan, lalu didengar dan dilihat.

Kamis, 07 Januari 2010

Kucing dan Kelakuannya

Malam ini, oh atau dalam waktu yang sebenarnya adalah pagi yang sangat dini hari sekali...
Dimana saya mendapati diri saya yang tidak bisa tertidur, mungkin kalo dalam species hewan saya termasuk kategori nocturnal yang beraktifitas dan mencari makan pada malam hari.

Sampai pada jam 3 pagi dikamar saya sangat terdengar jelas suara-suara kucing diluar yang sangat mengganggu kenyamanan dalam rangka saya ingin tidur, Suara yang mengeong-ngeong dengan yang menjijkkan, dan kata-kata orang itu merupakan suara dimana para kucing itu ingin kawin. Saya ingin menanyakan langsung pada nya tapi ga enak dan takut menggangu privasi itu kucing dan alasan yang sangat kuat adalah saya tidak bisa berbahasa kucing.
Untung saja para manusia tidak berisik jika mereka ingin kawin hanya berisik pada saat mengerjakannya saja.

Hal semacam ini makin saja menguatkan saya untuk tidak menyukai makhluk hewan bernama kucing.
Berikut adalah alasan-alasan saya membenci kucing:
  1. Bulu, entah kenapa saya merasa geli dengan bulu itu kucing
  2. Muka dan mimiknya, karena dipikirin saya kucing itu selalu memasang muka manis di depan majikannya, tak tau mukanya bagaimana kalo dibelakang sang empu nya.
  3. Kucing akan menguasai dunia, mungkin untuk alasan ini saya terlalu berlebihan tapi itu yang terdoktrin pada pikiran saya setelah menonton Film Cat and Dog.
  4. Makanan, iya kucing-kucing peliharaan selalu mendapatkan makanan yang sangat mahal bahkan harganya sangat melebihi makanan sang majikannnya.
  5. Mencuri, sifat yang dimiliki para kucing kampung ynag selalu masuk mengendap-ngendap kedalam rumah orang dan mengambil makanan.
Begitulah mengapa saya benci dan takut kepada kucing bahkan pernah dan sering kucing masuk ke rumah saya dan yang saya lakukan bukannya mengusirnya keluar malah mengunci diri saya di kamar.

Oh, kucing-kucing di luar sudah tidak berisik lagi mungkin mereka telah selesai melaksanakan keinginannya.
Selamat datang para calon anak kucing.

Bandung, 8 jan '10 di kamar.

Selasa, 22 Desember 2009

Hari Ibu untuk Mamah Yakult

Sekarang lagi hari Ibu dan semua orang mengucapkan selamat hari Ibu kepada ibu nya masing-masing, sampai-sampai teman saya memikirkan bagaimana merayakannnya?. Bukan saya tidak senang atau tidak berbakti pada Ibu saya namun, saya dari dulu memang tidak pernah merayakannya apalagi sekarang saya udah tinggal sendiri di Bandung dan jauh dari orang tua. Yah, kalo saya mah cukup mendoakan ibu saya sudah cukup dibanding memberi selamat pada Ibu saya lagi untuk kasih sayang saya ke Ibu saya atau sebaliknya, sudah pasti itu mah!

Toh hari Ibu cuma simbolik di kalender saja, ingat menurut saya!
Nah, hari ini di Hari ibu ini saya terpikirkan untuk mempersembahkan kepada siapa Hai Ibu ini. Yah, akan saya persembahkan kepada Mamah Yakult, siapa dia?.

Ok, mamah yakult adalah ibu-ibu yang suka menjual minuman yakult dengan cara berkeliling, Dan, tadi saya liat di google ternyata namanya Yakult Lady.
Jauh dari kesan wanita cantik, muda, memakai pakaian yang minim seperti para penjual atau sales dari produk rokok.

Sepengatahuan dan sepenglihatan saya dari dulu pasti yang menjajakan minuman ini pasti ibu-ibu yang yang sudah berumur dan mekai topi warna merah, tas warna merah besar, baju dan celana biru. Nah, yang bikin saya kagum dari tahun ketahun pasti mereka dandanannya selalu begitu dan saya bikin sedih pasti mereka jalan kaki hampir tidak pernah saya meliaht ada salah satu dari mereka yang naik sepeda atau kendaraan lain.

Dan yang tidak habis saya pikir mereka masih setia menjajakan minuman itu dari rumah ke rumah atau ke warung-warung, kalo mau di pikir mah mungkin sekarang orang-orang sudah mudah mendapatkan minuman itu di supermarket atau warung dan dingin pula minumannya, tapi mereka mamah yakult sangat setia terhadap profesinya itu dan saya salut pada mereka.

Dan terakhir, saya sayang pada Ibu saya juga,,Mom, how are you today?

Bandung,23 des 2009...dikamar ga bisa tidur,

Senin, 21 Desember 2009

Tikus dan Mie Instan

Sedang asik bermain komputer, dan sedang nikmat-nikmatnya mendengarkan lagu-lagu dari band-band terkenal di Indonesia dan luar negeri yang sudah saya beli dan sudah bisa saya paksa untuk bernyanyi kapan saja saya mau. Namun ada suara yang menggangu saya punya pendengaran dan itu berasal dari bawah meja seperti ada kehidupan disana. Tapi waktu diliat ngga ada apa-apa seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Ya sudah kembali ke komputer, eh ada yang lewat disamping saya tapi sangat cepat sekali pergerakkannya itu makhluk. Ah, paling kecoa dalam hati saya waktu itu, tapi lincah amat kecoa larinya. Saya ngga terlalu lama memikirkannya, karena saya malas untuk berkonsentrasi.

Wah ternyata makhluk yang sok misterius itu dan mempunyai kecepatan tinggi, menampakkan dirinya walaupun sebentar tapi saya tau siapa dia dan dari golongan apa?. Mungkin dia tau saya malas untuk mencari tau siapa dirinya. Iya, ternyata itu tikus kecil. Argh! mungkin tikus yang masih meminta susu dari ibunya masih nakal-nakalnya, yah sekitar 5 bulan atau satu tahun lah umurnya, itu saya menebak-nebaknya dia punya umur berapa?. Saya pun langsung memberi namanya yaitu Bocil biar enak kali nanti saya kesal lalu marah-marah bisa menghujat dia punya nama, karena bila saya marah lalu bilang “ dasar Tikus sialan…” bisa-bisa itu makhluk-makhluk yang merasa dirinya tikus bisa balik menghujat saya karena tidak semua tikus itu nakal.

Dirumah saya ada tikus bukan karena saya jorok dan ngga menjaga kebersihan rumah atau kamar, tetapi saya selalu membuka pintu untuk siapa saja yang mau masuk ke rumah kecuali kucing karena, saya tidak suka kucing. Pernah, ada kucing masuk ke rumah lewat jendela bukannya saya mengusir itu kucing, saya malah pergi ke kamar dan mengunci diri. Dan saya rasa itu tikus masuk lewat jendela juga, emang ngga ada sopannya itu tikus.

Kebesokkannya itu tikus sudah tidak canggung untuk melintas didepan saya, bahkan bertatapan dengan saya. Sampai pada akhirnya saya kesal sekali, karena dia tidak ada gunanya juga di rumah saya, boro-boro ngajak ngobrol, ngelewat didepan saya aja ngga permisi.

Pada sore hari, habis saya makan mie instan rasa soto didalam kamar dan mangkoknya masih ada disebelah saya dengan masih ada kuah didalamnya. Langsung saya maen komputer kembali habis makan. Dan itu tikus mungkin mencium harum aroma bekas mie tersebut, dia pun mengintip-ngintip dari belakang tempat tidur untuk mencicipi itu kuah soto berharap ada sehelai mie yang bisa membuatnya kenyang. Namun saat saya memalingkan muka ke dirinya, dia langsung kabur dan menyumput mungkin dia malu punya muka, apa takut dengan saya? padahal kita sama-sama makhluk Allah. Sampai akhirnya saya diam seperti patung karena kasihan juga melihat itu tikus yang lapar, dan saya pun teringat dengan cerita seorang pelacur yang memberi air kepada anjing dan wanita itu pun bisa masuk surga.

Wah, wanita itu saja hanya ngasih air minum bisa masuk surga, apalagi saya ngasih air dan berasa manis, pedas, dan asemnya kuah soto. Tapi sayang niat dihati saya tidak seperti kebaikkan wanita pelacur itu, karena didalam niat saya, apabila tikus mendekat akan saya pukul dengan stik drum. Baru mau memukul, tikus langsung kabur dengan reflek yang bagus. Saya pun dapet ide, untuk menjadi patung sambil memegang ember jadi apabila dia mendekat akan saya tutup dengan ember, agar tidak kabur, karena apabila saya pukul dan kena, saya harus mebersihkan itu lantai yang bernoda kan darah tikus. Saya pun mulai menjadi patung yang berposisi jongkok dengan tangan memegang ember. Emang dasar tikus jahat, dia lama sekali keluar dari persembunyiannya jadi saya harus jadi patung selama 20 menit, mungkin dia pun tertawa dan berfikir. Ada apa dengan manusia ini? sungguh perbuatan yang konyol.

Akhirnya dia keluar dari persembunyiannya, tapi bukan untuk kembali ke kuah soto melainkan kabur keluar kamar. Argh! tikus yang pintar dan saya yang bodoh. Tak tau dia kabur ke arah mana, karena sangat cepat larinya dan saya ngga coba untuk mengejar dia.

Besoknya saat saya sedang nonton DVD, dia lari-lari kesana kemari dengan semangat dan mencoba menggoda saya untuk menangkapnya. Tapi saya tak mau terkecoh kembali, saya biarkan dia bermain hingga cape dan saya kasih kesempatan untuk dia bersenag-senang dirumah ini. Karena, saya punya rencana untuk beli perangkap tikus atau lem tikus lah agar dia tertangkap.

Hari kamis, hari dimana saya menulis ini, hari dimana saya tidak pergi mencari ilmu kekampus, hari dimana saya bisa berlama-lama di rumah ini, hari dimana saya bisa mewujudkan niat itu. Namun saat siang hari, disaat saya lupa dengan niat untuk membeli perangkap tikus dan malah asik bermain komputer.

Terdengar suara berisik sekali, saya berfikirnya ada orang yang sedang sibuk bekerja atau kucing yang sedang maen di atas genteng, dan saya pun nyoba untuk mencari sumber suara itu dan terdengar jelas di dapur saya. Saat saya sampai di dapur dan apa yang sedang saya lihat, ternyata sumber suara itu adalah Bocil yang masuk kedalam tempat sampah dan ngga bisa keluar lagi dari situ. Senangnya saya saat itu, melihat tikus tersebut dengan giat dan susah payah untuk keluar dari tempat sampah. Saya pun terkejut ternyata didalam tempat sampah itu hanya ada bekas bungkus mie instan rasa soto dengan bekas plastik bumbunya. Mungkin dia masih terbayang dengan kuah soto itu, jadi tak apalah walaupun bumbunya juga. Saya pun langsung menutup tempat sampah itu dan terdengar suara berisik dia berontak untuk keluar. Saya diamkan dia terkurung didalam sana selama 20 menit, dimana saat itu dia juga membuat saya menjadi patung dan orang bodoh selama 20 menit.
Karena tak tega untuk membunuhnya dan saya harus membersihkan juga nantinya, saya bawa keluar rumah itu tempat sampah. Saya pun langsung membuang tikus itu di dijalan depan rumah saya. Dia pun langsung lari dengan kencang dan masuk ke rumah tetangga saya.

Hai Bocil, saya mengurung kamu ditempat sampah bukan karena saya kejam tapi semata-mata hanya sifat manusia yang suka dengan balas dendam.

Hai Bocil, semoga di rumah sebelah, kamu bisa mendapatkan kebahagian dan mimpi terwujud untuk menikmati mie instan rasa soto.

Hai Bocil, asal kau tau bahwa mie goreng lebih nikmat dari mie rasa soto.

Hai Bocil, jika kau rindu dengan rumah saya, janganlah kau masuk dengan diam-diam lewat jendela, karena rumah saya itu ada pintunya. Ok

Miss u, Bocil.

(Bandung, 7 Mei 2009)

Senin, 26 Oktober 2009

Habis Belajar Jangan Mandi

Saat itu saya dan teman-teman saya sedang bahagia-bahagianya menjadi anak kelas 3 di SMA. Sedang merasa paling tinggi kastanya diantara adik kelas kita, sedang merasakan nikmatnya berteman, dan sedang merasakan gelisahnya menjelang ujian dan kelulusan.

Nah, pertengahan semester biasanya datang para utusan dari tempat bimbingan belajar untuk mengajak kita untuk les di tempatnya dengan iming-iming bisa lulus dengan hasil baik, bisa masuk Universitas Negeri lewat SPMB, bisa mengerjakan soal-soal dengan rumus-rumus yang hebat, belajar dikelas dengan nyaman, ber ac, dan pastinya para pengajar yang ahli.

Saat itu yang masuk ke kelas kita adalah kang Aom dia pengajar di tempat les yang berada di daerah merdeka. Dia mempromosikan tempat les nya itu dengan alesan-alesan yang tadi sudah saya jelaskan. Alhasil karena kami yang sedang gelisah akan ujian dan masuk Universitas. Saya, idhar, dan Pepeng pun terbujuk rayunya.

Satu lagi kang Aom saat mempersentasikan tempat lesnya sangat lah hebat di iringi dengan lawakkannya yang standar namun kami cukup terhibur dan tertawa. Dia pun menjelaskan kalo di tempat lesnya ada belajar di tempat kediamannya dan waktunya malam-malam sampai menginap pula.

Rumahnya kang Aom di daerah tajur dan mengharuskan kita melewati kuburan untuk sampai di rumahnya. Dan uniknya setelah belajar di rumah dia, jangan mandi. Saya langsung berimajinasi dan berhipotesa, Wah! Jangan-jangan belajarnya pake ilmu gaib dan pantangannya ga boleh mandi atau karena takut ilmunya terbawa dengan air mandi kita. Tapi ya sudahlah, mungkin sedang guyon dia atau membuat saya untuk mengacungkan tangan sebagai tanda tidak mengerti dan menanyakan “kenapa begitu, pak?” dan dia mungkin menjawab “makanya masuk les dulu ditempat kita!”.

Tapi kami, khususnya saya dan pada umunya mereka, tidak langsung meng iya kan juga untuk les disana, namun berkonsultasi kepada orang tua setelah di setujui oleh orang tua. Kita pun pergi ke tempat les tersebut, lalu mengambil formulir dan mengisinya dan menyerahkan uang kepadanya. Alhasil, kami dipersilahkan masuk kelas nya dan mulai belajar.

Hari-hari kami di tempat les pun tak ada bedanya seperti dikelas saat sekolah masih bisa bercanda dan mengobrol saat pengajar menerangkan materinya. Tempat lesnya pun terbilang cukup bebas karena kami bisa merokok disana kecuali dalam kelas karena ber ac. Kelas les saya isinya adalah teman-teman satu sekolah saya, tidak di campur dengan sekolah lain, maka dari itu kami bisa mengobrol atau bercanda, bahkan bisa bolos ramai-ramai dan lebih memilih main atau pulang ke rumah kita masing-masing.

Memang disana kita mendapat rumus-rumus yang lebih cepat namun rumit juga bagi saya pribadi. Biasanya kita selalu bertanya kepada para pengajar kalo belum mengerti atau pun diam juga karena sudah mengerti. Hal yang saya lakukan setelah kelas bubar pasti menuju toilet lalu duduk-duduk sebentar atau mengobrol dengan para pengajar dan teman-teman tentang masa depan dan perkuliahan. Dan makanan yang selalu menemani disaat mengobrol pasti momogi karena hanya itu yang bisa kami beli disana namun minuman berwarna dalam gelaspun banyak, dan untuk rokkonya kami beli di warung rokok depan tempat les atau kami bekal dari warung dekat sekolah.

Setelah beberapa minggu, akhirnya mulai lah rasa takut kami akan ujian terkalahkan dengan rasa malas dan rasa ingin main yang hebat bersama teman-teman lebih hebat dari pada mencari ilmu di tempat les. Namun terkadang kita tidak pergi les karena ada teman yang ga bisa les jadinya kita kena syndrome nya. Namun ada juga yang tetap pergi les walaupun sendiri, memang hebat dia tapi saya lupa siapa dia? Bahkan kita bisa ga ikut les sampai beberapa hari.

Nah, apa yang waktu kang Aom bilang, yaitu menginap di rumahnya mulai dia kasih tau dan kami di undang untuk kesana dan memang ada jadwalnya juga. Tapi saya lupa kenapa waktu itu saya kenapa ga ikut terus.

Sampai pada saatnya saya harus ikut pergi kesana. Jadi, sedang enak-enaknya di rumah pada malam hari dan mati lampu saat itu, ada yang datang kerumah yaitu idhar dan herlan (di baca:pepeng) mengajak saya untuk pergi ke rumah kang Aom untuk belajar disana dan nginap pula. Saat itu saya malas sekali mau ikut tapi ga enak mereka udah ngajak dan anehnya orang tua membolehkan saya pergi padahal malam hari.

Sampai juga kita di daerah tajur dan masuk kedalam gang yang cukup lebar jalannya. Oh itu ada kuburan, bener juga nih kang Aom kirain dia bercanda. Sampailah kita di rumahnya, hal yang pertama kita lakukan yaitu mengucapkan salam dan itu kita lakukan beberapa kali bukan rajin tapi karena memang tidak ada yang membalas salam kita. Oh ya rumah dia itu sebelahnya adalah guru les bahasa

Inggris kita juga di tempat yang sama. Karena ngga ada tanggepan dari rumah kang Aom kita pun pergi menuju ke rumah guru les Bahasa Inggris itu dan kami lihat ada sekumpulan anak-anak dari sekolah lain yang sedang menginap disana dan belajar juga.

Kita pun menanyakan pada dia, “kemana kang aom? Ada di rumah tidak dia? Tau kemana kang Aom, pak?” Dan dia menjawab “ ada kayanya mah, coba kamu liat lagi aja rumahnya!” dan dia pun mengajak kita untuk ikut bergabung saja sama dia. Tapi kami memutuskan untuk belajar di kang Aom saja.

Kami datangi lagi lah itu rumahnya, dan ikutin saran guru bahasa Inggris itu yaitu melihat lagi rumahnya bahkan kita ga hanya melihatnya saja tapi memberi salam lagi. Namun kita ngga dapat salam balik dari sang punya rumah memang keadan di dalam rumah sudah gelap dan saat kami mengintip di jendela juga ngga ada siapa-siapa. Saat itu jam di Handphone kita udah menunjukkan pukul 23 lewat untuk menitnya kami mempunyai perbedaan.

Kita pun pasrah karena ga bisa belajar bersama kang Aom malam itu dan kami pun memutuskan untuk tidak pulang, takut saja Kang Aom terbangun dari tidurnya karena mau buang air kecil dan ga bisa tidur lagi dan melihat kami bertiga ada di luar rumahnya. Namun kita pergi dulu ke depan gang rumahnya bukan untuk menunggu dia yang mungkin baru pulang dari bepergiannya keluar rumah tapi kami pergi kedepan untuk membeli mie rebus dan kami pun pergi membeli mie rebus bukan mengira mungkin ada kang Aom yang sedang makan mie rebus juga tapi memang karena kita lapar.

Berhubung udah malam sekali, akhirnya kita membuat keputusan lagi yaitu menginap di rumah kang Aomnya untuk tempatnya kami memilih teras rumahnya tanpa alas apapun kita tidur disana dengan membalikkan fungsi tas menjadi bantal dan jaket menjadi selimut. Kami pun berharap kang Aom paginya terharu melihat kita yang tertidur berjajar di terasnya seperti anak kucing. Tertidur lah kami walaupun sebelumnya diisi dengan ngobrol-ngobrol diselingin dengan curhat.

Jam 5.30 lewat kami pun terbangun dan ternyata masih tak ada kang Aom dan keadaan rumah masih sama seperti tadi malam. Kami pun siap-siap untuk pergi ke sekolah saat itu juga. Nah disaat kita mau kekamar mandi yang ada di sebelah rumah kang Aom dan kami mendapati kamar mandi itu hanya ada satu keran air saja tanpa bak mandi, wc dan gayung pun kami tidak lihat.

Dan pertanyaan yang ada dalam hati saya saat kang Aom mempersentasikan saat itu dimana kalo belajar di rumahnya besoknya jangan mandi. Akhirnya terjawab bukan dari kalimat yang di ucapakan dia namun dari penglihatan saya dimana saya mendapati keadaan toilet seperti itu.

Akhirnya kami meninggalkan rumah itu dengan perasaan kesal dan belum mandi jangankan mandi cuci muka saja nggak. Alhasil, kami didepan gang rumahnya sebelum naik angkot membeli Aqua gelas untuk diminum sekaligus kumur-kumur dan membeli happydent white sebagai pengganti gosok gigi.

Jarak dari rumah kang Aom ke sekolah kitapun sangat lah jauh, alhasil kita minta tumpangan ke rieka karena dia melewati arah yang kita lewati sampailah kita di jemput di tugu kujang. Dan sebelumnya kita minta supaya Rieka membawa makanan untuk kami makan diperjalanan karena lapar dan ga mungkin untuk sarapan juga.

Ternyata itu alasan mengapa kalo belajar disana jangan mandi besoknya, sudah pengalaman pertama kali saya ikut belajar malam dan jauh dari bayangan apa yang bakal saya dapat. Setelah beberapa bulan dari kejadian itu intensitas kami les pun menjadi kurang. Sampai pada saatnya pihak tempat les bertanya mau diterusakan? Apa tidak? Saat itu kami memilih untuk tetap mengikuti walaupun belum membayar bulanan saat itu namun di tengah jalan Idhar memutuskan untuk keluar saja, tinggal saya sama pepeng namun ga butuh waktu lama akhirnya kita pun ikut keluar juga dari tempat les itu.

Dan kami mengikuti kelas tambahan di sekolah saja. Sampai pada akhirnya kita ujian dan memperoleh hasil lulus dengan nilai-nilai yang menakjubkan dan saya rasa bukan hasil dari les itu tapi karena kita bekerjasama mengerjakannya sungguh indah bukan menyelesaikan suatu masalah bersama-sama walaupun hasilnya berbeda di komanya saja.

Bandung, 19 Oktober 2009 Jam 1 Pagi ditemani mamah yang udah tidur duluan disebelah saya.

oh..sekarang jadi begini (napak tilas)

Habis saur belum bisa tidur masih terbawa efek insomnia tadi malam, seperti biasa saat matahari keluar biasanya saya baru memejamkan mata dan saat matahari terbenam baru buka mata dan terasa segar. Namun di hari ini jam 6 pagi saya berbeda karena harus mengantarkan saudara saya ke Stasiun Bogor.

Oh, Udaranya nya masih segar, belum ada macet, matahari masih hangat-hangatnya.
Sampai di Stasiun, saudara saya turun dari motor dan masuk kedalam Stasiun begitupun orang-orang yang lain yang terlihat sibuk dan rapih. Tugas selesai, tapi kenapa males untuk langsung pulang ke rumah. Ga niat sebelumnya saya pun memutuskan untuk napak tilas kecil-kecilan.

Saya mulai dengan pergi ke Perumahan Ciomas Permai, baru masuk ke dalam gerbangnya sudah mulai terasa perbedaan, sekarang banyak sekali ruko-ruko, jembatan yang sudah tidak bisa dilewati oleh truck yang lebih dari 2 ton dan rumah-rumah baru pastinya. "Dimana danau buatan yang dulu saya suka ambil ikannya?" itu pertanyaan dalam hati saya. Ternyata masih ada namun, tertutupi rumah-rumah jadi susah melihatnya. Kenapa saya pergi ke tempat ini, karena dulu saya sama teman-teman di rumah suka maen kesini naik sepeda atau jalan kaki dan bermain di danaunya atau melihat anak-anak pesantren yang sedang mengambil kangkung.

Habis dari sana, saya pun langsung menuju komplek rumah saya, yaitu Taman Pagelaran. Namun saya tidak langsung pulang tapi berputar-putar komplek dulu, melanjutkan napak tilas tersebut.Saya mulai dengan melewati rumah-rumah yang selalu saya lewati saat pergi ke Sekolah Dasar. Oh, itu Bapaknya Amel sedang membersihkan motor, selanjutnya rumah-rumah yang temboknya di coret-coret. Lalu melewati lapangan terbuka hijau tempat untuk solat ied atau bermain bola atau apalah yang mengharuskan kalian bermain di lapangan.

Wah, itu SD saya ternyata sudah sangat-sangat berbeda dari bangunannya, warna cat nya , letak-letak kelasnya. Tapi saya bangga Sekolah itu sudah berubah menjadi lebih baik. SD itu merupakan SD yang ada di komplek rumah saya, namun entah kenapa banyak yang menyangsikan sekolah itu dan lebih memilihkan anak-anaknya untuk sekolah di tengah kota. Padahal saya pikir materi pelajaran kita hampir sama, upacara benderanya sama hari senin, ada pelajaran Olahraga juga, Pramuka juga ada, dan yang membedakan paling warna batiknya saja. Yah mungkin orang tua mereka punya alasan lain kenapa menyekolahkan anaknya tidak disitu atau lebih memilih di sekolah lain.

Saya memuji-muji itu sekolah bukan karena saya sekolah di situ juga, namun saya banyak kenangan dari sekolah itu seperti, apabila anak-anak sekolah lain dari kelas 1 sudah naek jemputan atau kelas 4-6 sudah bisa naek angkot sedangkan saya naik sepeda atau jalan kaki menuju ke sekolah dan apabila lapar saat istirahat atau ada buku dan tugas yang ketinggalan tinggal lari menuju rumah, dan mamah siap membukakan pintu.

Habis dari situ saya pergi melewati rumah beberapa teman SD saya. Ada rumah Fajar dan pintu koboi di rumahnya pun masih ada tapi Fajar dan keluarganya sudah pindah karena Bapaknya terpilih jadi Camat waktu itu, atau mungkin sekarang sudah jadi rakyat biasa lagi. Ada lagi rumah Trisno, Hadi, Fadly, Gita, dan Dithe yang masih Nampak sama hanya cat rumahnya saja yang berubah. Daerah sekitarnya pun telah berubah, lebih bagus dan megah.

Akhirnya sampai juga di Rumah saya yang saya rasa sudah berubah juga dari warna cat dan bangunannya, namun keadaannya masih seperti dulu menyenangkan dan tempat berteduh yang nyaman.

Mungkin apabila saya menapak tilaskan diri saya sendiri, pasti ada yang berubah seperti halnya hal-hal yang saya lihat pagi ini. Semoga saja berubah ke hal yang lebih baik. Amien.

16 Sept 09, Bogor.

Sabtu, 16 Mei 2009

Buang Uang Lalu Cari Ilmu

13 Mei pada tahun 2009 adalah hari rabu. Dimana hari yang mengharuskan saya pergi membeli buku untuk teman saya, Maya Damayanti itu namanya. Kenapa, saya harus ngasih dia buku? Jadi, waktu itu dia ngirim komen di wall facebook saya dan bertanya.
“ Ndra, Unpas itu Universitas apaan sih? “
Saya pun balas komen dia.
“Ayo, unpas itu apa? Soklah kalo bisa jawab saya kasih buku itung-itung kado wat kamu. Tapi jawabannya kamu kirim sebelum tanggal 13 Mei.” , akhirnya dia bisa juga menjawabnya itu pertanyaan dari saya. Lucu juga, nanya tapi dijawab sendiri juga sama dia.

Setelah menunaikan kewajiban saya dikampus itu, barulah saya pergi menuju toko buku. Saya pergi ke toko buku palasari sajalah karena ga jauh dari kampus dan murah sekali harganya disana. Kalo di Jakarta toko-toko buku Palasari seperti Kwitang. Ingat Nicholas Saputra yang membeli buku di film AADC bersama Dian Sastro. Iya, itu lah kwitang.

Sampailah di Palasari. Saya yang ditemani teman saya yaitu Rian mulai mengitari itu pusat penjualan buku-buku lebih tepatnya kios-kios buku. Sampailah di kios yang menjual novel-novel ternama dari dalam maupun luar negeri dengan harga-harga yang sangat-sangat murah. Mulailah bertanya, apakah ada buku yang saya cari di kios itu ternyata dengan harga yang lebih murah dari harga aslinya. Tanpa pikir panjang langsung saya beli walupun segelnya sudah lepas jadi hanya dismpul biasa. Jadi buku disana asli cuma tanpa pajak atau bisa dibilang black market.

Tidak sampai distu saya pun kembali berputar disekitar itu kios-kios. Untuk mencari buku yang mau saya beli dan itu buku saya beli untuk saya sendiri. Namun, lagi kosong buku yang saya cari itu. Pas di satu toko saya melihat juga buku yang saya cari untuk teman saya dan bukunya masih disegel. Pas, ditanya harganya. Damn, beda 4ribu sama yang saya beli tadi. Udah lebih murah masih disegel lagi. Ah, sudah lah percuma juga untuk menyesal.

Lalu dicarilah tempat pengiriman paket. Beruntung, didaerah situ ada TIKI. Dibungkus lah itu buku pake amplop dengan surat yang saya tulis mendadak disitu.
Kurang lebih seperti ini:

May, ini buku masih baru Cuma segelnya kebuka jadi ahrus di sampul dengan manual.
Ini buku yang pertama biar maya ga kaget dengan buku nya. Buku yang ke2 dan ke3 nya juga udah ada ko.
Dibaca yah sampai habis.
Selamat membaca dan tertawa.
Oia lupa selamat ulang tahun juga.

Bandung 13 mei 2009

Indra didepan toko buku

Akhirnya selesai juga saya memenuhi janji ke dia.
Habis dari situ saya kembali ke kampus, kembali mencari ilmu lagi.


>>Bandung, 16 Mei 2009



Rabu, 13 Mei 2009

Siang menuju sore dikampus

Bangun siang karena ga ada kuliah pagi hari itu, jam 11an lah saya kebangun karena dipaksa bangun dari tempat tidur sama mamah saya dan tadi jam 3 subuh pun saya telah dibangunkannya karena kata mamah saya, saya mengigau dan berteriak “ gaji-gaji minta gaji, saya” tak tau saya juga kenapa bisa berteriak itu saat tidur padahal saya sebelum tidur seperti biasanya tanpa ada ritual yang aneh-aneh dulu. Kebetulan mamah saya sedang ada di Bandung karena alasan apa ke sini tak perlulah saya kasih tau. Ok!

Saya hari ini punya kuliah jam 14.40 sampai 18.00 itu waktu menurut kampus, karena waktu jam di kampus dan saya punya jam tangan beda. Sampai lah saya di kampus jam 15, dan saya dapati dosen sudah duduk ditempatnya dan baru sedikit mahasiswa yang duduk ditempatnya juga. Sebagian mahasiswa masih diluar kelas sengaja ingin masuk terlambat atau menghabiskan dulu rokok yang sedang dihisapnya.

Duduk dibaris ketiga disebelah kirinya teman saya Asep namanya dan disebelah kanan saya yaitu, aduh lupa saya dia punya nama karena ga pernah sekelas sebelumnya. Saat itu mata kuliah komunikasi reka bentuk dan sedang membahas tentang warna.

Segalam macam tentang warna, kriteria warna, arti dari warna dan lain-lainnya. Dosen tersebut bernama Pak Iing dia mengajar sangat menyenangkan, santai dan beberapa kali pun melucu. Memang lucu sih, tapi ga tau kenapa tadi saya sangat mengantuk dan malas sekali. Saya malah menyibukkan diri dengan menggambar yang tak jelas di buku dan tangan saya.

Yang saya ingat dari kata-kata itu dosen yaitu, kenapa mata bisa jenuh dengan warna-warna seperti kita nonton sebuah film untuk yang kedua kalinya dengan film yang sama maka mata kita akan merasa jenuh. Beda dengan lidah yang tak pernah jenuh, ga mungkin kan kita makan cabe dan tau rasanya yaitu pedas sudah saja tidak makan lagi dan merasa jenuh, karena kalo lidah mempunyai rasa jenuh maka banyak manusia yang mati kelaparan disamping yang mati kelaparan karena kekurangan makanan.

Setelah beberapa jam dia mengajar, akhirnya berhenti dijam 17.00. Senang sekali itu saya dan ingin langsung lari ke kantin dan minum itu kopi dan kebetulan kuliah kedua tidak ada dosennya dan hanya memberi tugas saja untuk minggu depan. Sibuk mungkin dia?.

Sampailah dikantin, mulailah minum kopi dan merokok. Sungguh nikmat saat itu. Kumpal saya dan teman-teman disana, para penjual makanan telah siap-siap untuk pulang tapi kami tidak. Banyak-banyak lah kita mengobrol dan bercanda tentang apapun itu.

Sampai adzan magrib berkumandang kita semua jalan menuju tempat parkir motor untuk mengambil kembali motor-motor dan membawa pulangnya lagi. Kami pun bergerak untuk bubar jalan menuju rumah masing-masing.

Bandung, 12 Mei 2009