art is truth -13

saya mendengar, lalu dilihat dan di rasakan. saya melihat, lalu didengar dan dirasakan. saya merasakan, lalu didengar dan dilihat.

Senin, 26 Oktober 2009

oh..sekarang jadi begini (napak tilas)

Habis saur belum bisa tidur masih terbawa efek insomnia tadi malam, seperti biasa saat matahari keluar biasanya saya baru memejamkan mata dan saat matahari terbenam baru buka mata dan terasa segar. Namun di hari ini jam 6 pagi saya berbeda karena harus mengantarkan saudara saya ke Stasiun Bogor.

Oh, Udaranya nya masih segar, belum ada macet, matahari masih hangat-hangatnya.
Sampai di Stasiun, saudara saya turun dari motor dan masuk kedalam Stasiun begitupun orang-orang yang lain yang terlihat sibuk dan rapih. Tugas selesai, tapi kenapa males untuk langsung pulang ke rumah. Ga niat sebelumnya saya pun memutuskan untuk napak tilas kecil-kecilan.

Saya mulai dengan pergi ke Perumahan Ciomas Permai, baru masuk ke dalam gerbangnya sudah mulai terasa perbedaan, sekarang banyak sekali ruko-ruko, jembatan yang sudah tidak bisa dilewati oleh truck yang lebih dari 2 ton dan rumah-rumah baru pastinya. "Dimana danau buatan yang dulu saya suka ambil ikannya?" itu pertanyaan dalam hati saya. Ternyata masih ada namun, tertutupi rumah-rumah jadi susah melihatnya. Kenapa saya pergi ke tempat ini, karena dulu saya sama teman-teman di rumah suka maen kesini naik sepeda atau jalan kaki dan bermain di danaunya atau melihat anak-anak pesantren yang sedang mengambil kangkung.

Habis dari sana, saya pun langsung menuju komplek rumah saya, yaitu Taman Pagelaran. Namun saya tidak langsung pulang tapi berputar-putar komplek dulu, melanjutkan napak tilas tersebut.Saya mulai dengan melewati rumah-rumah yang selalu saya lewati saat pergi ke Sekolah Dasar. Oh, itu Bapaknya Amel sedang membersihkan motor, selanjutnya rumah-rumah yang temboknya di coret-coret. Lalu melewati lapangan terbuka hijau tempat untuk solat ied atau bermain bola atau apalah yang mengharuskan kalian bermain di lapangan.

Wah, itu SD saya ternyata sudah sangat-sangat berbeda dari bangunannya, warna cat nya , letak-letak kelasnya. Tapi saya bangga Sekolah itu sudah berubah menjadi lebih baik. SD itu merupakan SD yang ada di komplek rumah saya, namun entah kenapa banyak yang menyangsikan sekolah itu dan lebih memilihkan anak-anaknya untuk sekolah di tengah kota. Padahal saya pikir materi pelajaran kita hampir sama, upacara benderanya sama hari senin, ada pelajaran Olahraga juga, Pramuka juga ada, dan yang membedakan paling warna batiknya saja. Yah mungkin orang tua mereka punya alasan lain kenapa menyekolahkan anaknya tidak disitu atau lebih memilih di sekolah lain.

Saya memuji-muji itu sekolah bukan karena saya sekolah di situ juga, namun saya banyak kenangan dari sekolah itu seperti, apabila anak-anak sekolah lain dari kelas 1 sudah naek jemputan atau kelas 4-6 sudah bisa naek angkot sedangkan saya naik sepeda atau jalan kaki menuju ke sekolah dan apabila lapar saat istirahat atau ada buku dan tugas yang ketinggalan tinggal lari menuju rumah, dan mamah siap membukakan pintu.

Habis dari situ saya pergi melewati rumah beberapa teman SD saya. Ada rumah Fajar dan pintu koboi di rumahnya pun masih ada tapi Fajar dan keluarganya sudah pindah karena Bapaknya terpilih jadi Camat waktu itu, atau mungkin sekarang sudah jadi rakyat biasa lagi. Ada lagi rumah Trisno, Hadi, Fadly, Gita, dan Dithe yang masih Nampak sama hanya cat rumahnya saja yang berubah. Daerah sekitarnya pun telah berubah, lebih bagus dan megah.

Akhirnya sampai juga di Rumah saya yang saya rasa sudah berubah juga dari warna cat dan bangunannya, namun keadaannya masih seperti dulu menyenangkan dan tempat berteduh yang nyaman.

Mungkin apabila saya menapak tilaskan diri saya sendiri, pasti ada yang berubah seperti halnya hal-hal yang saya lihat pagi ini. Semoga saja berubah ke hal yang lebih baik. Amien.

16 Sept 09, Bogor.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda