art is truth -13

saya mendengar, lalu dilihat dan di rasakan. saya melihat, lalu didengar dan dirasakan. saya merasakan, lalu didengar dan dilihat.

Jumat, 19 Desember 2008

Sebuah Catatan Efek Rumah Kaca dari Apokalip

Breeemmmm,, deru nafsu itu begitu menggebu,, berduaan di Kamar Gelap
bersama Efek Rumah Kaca

Malang, 3 Desember 2008
Jujur saja, sebelumnya saya sudah pernah mencoba merawat beberapa mp3
Efek Rumah Kaca (E.R.K) di hardisk, tapi entah kenapa dan
bagaimana .. termakan virus atau terpencet tombol SHIFT+DEL .., tiba-
tiba saja folder itu sudah raib dari drive: E saya. Mungkin, maksimal
hanya sampai 3 kali saja winamp saya mampu untuk menyanyikan lagu-
lagu mereka, untuk selanjutnya bosan dan terabaikan. Sampai suatu
hari ada teman datang ke rumah ngajak hunting video E.R.K yang banyak
berserakan di internet, mulai dari multiply, myspace, sampai
rapidshare. Hasilnya? Beberapa versi video bootleg, live + klip "di
udara", "desember", dan "Kenakalan Remaja di Era Informatika" dengan
berbagai format sudah berani menggeser tempat video 3gp lokal yang
ada di desktop saya. Hmm, nakal memang!

Malang, 9 Desember 2008
Waktu beralih tanggal, hingga saya lebih memilih belajar untuk
mencintai band satu ini dari lantunan kata daripada nada. Lewat "di
udara"-lah E.R.K akhirnya mampu memikat hati saya yang terkenal
angkuh untuk dapat menikmati nada-nada santun karya anak negeri yang
kerap dan jarang malu-malu untuk mengadopsi penuh terhadap karya anak
luar negeri. Pemilihan kata yang dinamik, lugas, enerjik dan mudah
sekali dimengerti, jauh dari yang namanya puitis kalo menurut saya
(sebagian kecil mungkin), instant! (Sobek bungkusnya, seduh, aduk dan
minum) untuk nama band, judul dan lirik, adalah anugerah (lagi-lagi
menurut saya) yang dimiliki band ini selain talenta tentunya. Jalan
unique dengan kemasan tema kekinian adalah nilai lebih yang berani
ditempuh oleh E.R.K. Menepis telak tema-tema lama bernuansa kenakalan
wanita mempermainkan kesungguhan cinta seorang pria atau kekalahan
mutlak seorang lelaki yang kandas dan terperdaya, dan cinta dan cinta
lagi, abadi nan menjemukan yang tetap kekeh mengisi tracklist di
radio-radio lokal. Ya dan tentu saja! E.R.K tampak selalu sigap dan
bijak menyikapi segala fenomena sosial yang ada/terjadi lewat
celetukan lirik-liriknya yang nakal tapi tanpa binal, merekam +
memotret kenyataan, hingga terbentuk perangai LIAR, BERANI dan
STRAIGHT TO THE POINT:

* Simaklah tema "jatuh cinta itu biasa saja" / "jatuh cinta melulu".
Aneh, melawan dan terjauhkan dari kesan biasa saja. Band ini berani
menyatakan penolakannya ke dua arah sekaligus atas presepsi dan
prosesi indah bahkan kejamnya Cinta, di saat orang-orang ramai
membahasakan Cinta dan segala keagungannya atau lebih memilih dengan
umpatan dan segala penyesalannya setelah berani berkenalan dengan
yang namanya Cinta dan terpaksa menelan getir akibat terantuk duri-
duri di kelokan lembah romantisme lewat sinetron, klip dan mp3.

* Adalah "belanja terus sampai mati". Gambaran salah satu bentuk
pengakuan korban keganasan peliknya kehidupan urban setelah menuntut
dirinya sendiri untuk selalu tampil rapih dan terpujikan setiap saat.
Memilih berhitung di malam hari untuk keperluan belanja ke distro
esok di sore hari sepulang dari sekolah, merampok uang spp,
keberanian ber-argumen di depan ortu demi menaikkan jatah uang les
piano dan buku cetak sekolah yang nyata-nyata semu, dan tentunya agar
turut mensukseskan A.Dramatic.Fashion. Slogan "Support Local
Clothing". Beli.. beli.. beli..., konsumsi.. konsumsi.. konsumsi...

* Uhuk, tersedak racun "di udara". Bercerita tentang sosok Munir,
Pahlawan Orang Hilang era 2000an. Ketika negeri ini ramai dan lantang
memberitakan tentang pertikaian bernuasa nasionalisme antara 2 sosok
genius: Ahmad Dhani vs Roy Suryo, lewat lagu ini E.R.K mencoba
berbaur dengan sedikit sekali suara yang tetap berani melantangkan
seruan kehilangan dan tuntutan keadilan atas sosok Munir itu. Ironis!
Juta dibanding puluhan, di saat Munir menyerukan keadilan HAM bagi
jutaan orang, tapi hanya berbalas puluhan orang saja yang ikut
berjajar menuntut adil hingga berujung dengan kematiannya. Ya, inilah
Indonesia.

* Hei, "hujan jangan marah". Lantunan Istighosah oleh E.R.K atas
bencana banjir tahunan di Jakarta yang selalu saja menghiasi berita
malam di televisi saat musim hujan itu mulai datang. Himbauan lawakan
agar mengganti mobil dengan perahu karet sebagai kendaraan pribadi
khusus di musim hujan seakan ikut mengiyakan lagu ini. Prihatin dan
sungguh merindukan rindang hijaunya taman kota yang semakin
tergeserkan oleh bangunan-bangunan cadas berbentuk dinding-dinding
kota yang tinggi kokoh menjulang, hingga lahan resapan air itupun
perlahan menghilang. Begitu sarat akan pesan moral, sangat tidak
menghibur, menampar malah!

* "kenakalan remaja di era informatika" . Soundtrax atas kedinian
dan 'ketidakdewasaan' remaja kita menyambut serbuan teknologi dan
malah tersesat jauh. Mencubit keras pantat para aktor dan aktris film
3gp di tanah air. Atas nama birahi, deruan nafsu, keisengan dan
dokumentasi pribadi, para artis muda ini berani telanjang dan ugal-
ugalan di depan kamera hp dengan mengesampingkan etika, rasa malu +
harga diri, dan efek luas atas film pendek yang telah dibuatnya. Dan
kenapa juga saya musti ikut tersindir dengan lagu ini? Haha, ayo
dewasa!

* Dan banyak lagi, dan cerdas lagi! Selain saya dan juga ribuan
penggemarnya menyebut E.R.K sebagai "produk indie" terbaik saat ini,
media-media musik menjulukinya sebagai "band yang cerdas", "sesuatu
yang berkualitas sekaligus 'menjual'", atau bahkan "penyelamat musik
Indonesia". Serasa pantas memang, kalau E.R.K memegang tegak
panji "MTV Indonesia Award 2008", "Rookie of The Year 2008" versi
Rolling Stone Indonesia, dan "nominator AMI Award 2008".

Dan hari Jumat, tanggal 19 Desember 2008 adalah hari baik bagi kita
semua. Tapi, mengapa? dan bagaimana?

Mengapa:
Karena di hari itu E.R.K akan kembali menyelamatkan kita lewat
peluncuran album keduanya bertitel "Kamar Gelap" yang kabarnya akan
dirilis oleh Aksara Records.

Bagaimana:
"Kamar Gelap" (yang diambil dari salah satu judul lagu di album ini)
adalah representasi konsep bermusik E.R.K tentang cara memotret
realitas. Dan untuk menyempurnakannya, E.R.K berkarya bersama Angki
Purbandono (seorang seniman berbasis fotografi dari Ruang MES 56,
Yogyakarta) yang menangani arahan seni kemasan album ini. Wow, sebuah
paket musik dan fotografi.

Ada 12 lagu di "Kamar Gelap", setiap komposisi musiknya dirancang
untuk mendukung tema dan lirik lagunya, begitupun sebaliknya. Berikut
adalah kerangka dari kamar gelap E.R.K yang begitu menyelamatkan
(dicopas - Colong Paste, dari postingan yurskie di salah satu thread
KOMPAS message board:

Tubuhmu Membiru... Tragis
Lagu pembuka, bercerita tentang orang yang selalu berada "di
ketinggian" dan mendengar suara-suara menghasut. Halusinatif.

Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa
Lagu cinta yang gusar dengan gitar berdistorsi. Tentang tarik menarik
pemaksaan kehendak; "kau belah dadaku/ mengganti isinya/ hisap
pikiranku/ memori terhapus..."

Mosi Tidak Percaya
Orang-orang yang kita pilih dan percaya untuk menyuarakan kepentingan
kita, ternyata bagai tercebur ke dalam kolam racun. Geram sejak lirik-
lirik pertama; "Ini masalah kuasa/ Alibimu berharga/ Kalau kami tak
percaya/ Lantas kau mau apa?", lalu mengajak sing- a long bertubi-
tubi "Ini mosi tidak percaya/ Kami tak mau lagi diperdaya". Lagu yang
langsung. Gemuk aroma punk rock.

Lagu Kesepian
"Ku tak melihat kau membawa terang yang kau janjikan..." Lagu cinta,
tentang janji tak digenapi. Dominasi nuansa akustik.

Hujan Jangan Marah
Lagu tertua di album ini, diciptakan tahun 1999 ketika banjir terjadi
di Jakarta. Lagu ini adalah doa, agar alam tidak lekas marah.
Harapannya, hujan turun sesuai siklusnya. Sayang, manusia merusak
itu. Komposisi musik sangat terpengaruh oleh gaya "pop progresif
Indonesia" yang sempat popular di era 70-an.

Kenakalan Remaja di Era Informatika
Video phone sex semakin merajalela, saatnya bersikap dewasa terhadap
teknologi. Single pertama album ini.

Menjadi Indonesia
Kapankah Indonesia bangun dari tidur? Nuansa patriotis, judul lagu
terinspirasi dari judul yang sama pada buku karangan Parakitri T.
Simbolon.

Kamar Gelap
Kenyataan, fotografi, dan sisi gelap-terangnya.

Jangan Bakar Buku
"Karena setiap lembarnya mengalir berjuta cahaya..." Negara ini punya
sejarah yang panjang tentang pembakaran buku. Menurut kami, buku
untuk dibaca, bukan dibakar, apa pun alasannya. Turut serta Ade Firza
Paloh dari SORE pada vokal dan Iman Fattah (LAIN, Zeke And The Popo)
pada gitar.

Banyak Asap di Sana
Tentang pemerataaan sumber daya/ekonomi yang seringkali menyebabkan
para pemuda pemudi lari ke kota dan menggantungkan cita-citanya di
sana. Hanya nama itu berulang di kepala: "kota...kota. ..kota.." .

Laki-laki Pemalu
Ungkapan cinta tak sempat terucap. Diiringi alunan waltz malu-malu.
Ramondo Gascaro dari SORE bermain keyboard. Ade Firza Paloh menyudahi
lagu dengan vokal latar yang tenang.

Balerina
Hidup bagai balerina, adalah keseimbangan. Petikan gitar jangly
menari-nari, menjadi penutup album ini.

sumber ; http://klub. apokalip. com/bebunyian/ 43-breeemmmm- deru-nafsu-
itu-begitu-menggebu .html

dikuti dari catatan: Yurskie ERK

2 Komentar:

Blogger shady2brandals mengatakan...

saiiiaa juga penggemar berat dari ERK
jadii saya appreciated sekalii dengan para pengikut ERK yang mengikuti alur pola pikir
personil nya yang dituangkan dalam bentuk lirik
dimana aplikasinya sederhana tapii bermakna*
Salut buat anda yang apik menyadur postingan dari Yusrie ERK..

Regard,
atlien.MarshallMathers

20 Desember 2008 pukul 21.04  
Blogger shady2brandals mengatakan...

Main2 k Blog saiiaa*
http://www.askatlienme-sfirst.blogspot.com
Thx a lut..Thx a Lut

atlien.MarshallMathers

20 Desember 2008 pukul 21.06  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda